Sunday, December 22, 2013

A.   Tujuan
Untuk mengidentiikasi ada tidaknya kadar urea cukup dalam urin.
B.   Prinsip Kerja
Pada analisis, katalisis urease hidrolisis dari urea menjadi NH3 dan CO2. Amonia diubah menjadi, warna yang muncul indhepenol blue dari sodium nitroferricianida-fenol dan hypoclorite reagents.
C.   Alat dan Bahan
·          Kuvvet
·          Parafilm
·          Pipet Mikro (10 µL dan 1000 µL)
·          Spektofotometer
·          Serum
·          larutan standar
·          larutan urease
D.  Prosedur
Darah sample
1. Menyiapkan kuvvet dan memasukan reagen 1000 µL ke dalam kuvvet tersebut dengan menggunakan pipet mikro 1000 µL;
2. Menetesi 10 µL serum ke dalam kuvvet tersebut menggunakan pipet mikro 10 µL;
3. Menutupi kuvvet tersebut dengan parafilm;
4. Kocok kuvvet tersebut dan simpan selama 1 menit;
5. Masukan kuvvet ke dalam spektofotometer;
6. Catat hasil yang muncul pada display spektofotometer, mengeluarkan kuvvet dari alat tersebut;
7. Hitung selama 1 menit dan masukan lagi ke dalam spektofotometer;
8. Catat hasil yang muncul pada display spektofotometernya.
Darah standar
1. Menyiapkan kuvvet dan memasukan reagen 1000 µL ke dalam kuvvet tersebut dengan menggunakan pipet mikro 1000 µL;
2. Menetesi 10 µL larutan urease dalam kuvvet tersebut menggunakan pipet mikro 10  
    µL;
3. Menutupi kuvvet tersebut dengan parafilm;
4. Kocok kuvvet tersebut dan simpan selama 1 menit;
5. Dimasukan kuvvet ke dalam spektofotometer;
6. Catat hasil yang muncul pada display spektofotometer, mengeluarkan kuvvet dari alat tersebut;
7. Hitung selama 1 menit dan masukan lagi ke dalam spektofotometer;
8. Catat hasil yang muncul pada display spektofotometernya
a.    Kalkulasi :
Urea (mg/dl) :
b.    Conversi :
Urea  × 0.467 = BUN (mg/dL)
E.   Hasil
o   Absorbansi sample             : 0,11 A     A1
o   Absorbansi standar            : 0,26 A     A2
Kalkulasi:
Urea= Asample : Astandar x standard(mg/dl)
         =0,011 : 0,26 x 50
         =21,15
BUN = Urea x 0,467
         =  21,15 X 0,467
         =9,8 (normal)
F.    Kesimpulan
BUN pasien rendah, karena range normal BUN adalah antara 8 – 21 mg /dL.

A.   Tujuan
Untuk menunjukan adanya badan keton dalam urin.
B.   Prinsip
·       Sodium nitroprusside dalam suasana asam akan pecah menjadi Na4Fe(CN)6NaNO2 dan Fe(OH)3 yang merupakan oksidator kuat.
·       Badan keton akan dioksidasi membentuk kompleks berwarna ungu.
·       Agar kompleks stabil, diberikan larutan penyangga (NH4)2SO4.

C.   Prosedur
1.      Campurkan + 5 mL urin dengan serbuk Rothera sebanyak sepucuk ujung spatula, lalu dikocok.
2.        Tambahkan sedikit sodium nitropusside beberapa tetes, tanpa dikocok.
3.          Tambahkan beberapa tetes amoniak pekat, tanpa dikocok.
4.   Amati. Jika timbul cincin warna ungu antara perbatasan cairan, maka dalam urin terdapat badan keton.
D.  Hasil
Urin
Urin + serbuk Rothera + sodium nitropusside + amoniak pekat
Urin X
Tidak terbentuk cincin berwarna ungu
Urin Sample
Terbentuk cincin berwarna ungu

E.   Kesimpulan

Tes Rothera menunjukan hasil positif, artinya urin pasien terdapat badan keton yang dapat dilihat dari adanya cincin berwarna ungu antara perbatasan cairan.

A.   Tujuan
Untuk menunjukkan adanya badan keton dalam urin.
B.   Prinsip
Memastikan reaksi yang belum diketahui, memungkinkan asam asetoasetat dari oksidasi oleh FeCl3 menghasilkan warna merah kecoklatan.
C.   Prosedur
1.     Ditambahkan larutan ferric chloride (FeCl3) 100 g/L setetes demi setetes ke sedikit urin segar yang ada dalam tabung reaksi.
2.        Warna akan menjadi kecoklatan setelah diberi asam asetoasetat.
3.   Apabila terdapat jumlah phosphate yang sangat banyak, maka akan timbul lapisan endapan yang menghasilkan ferric phosphate. Endapan ini perlu disaring.
4.        Setelah disaring tambahkan ferric chloride dan amati kembali.
5.         Jika warna urin masih coklat pekat maka itu berarti terdapat badan keton, sedangkan jika warna berubah menjadi lebih muda maka berarti tidak terdapat badan keton atau kadar badan keton tidak banyak.
D.  Hasil
Urin
Urin + FeCl3
Filter + Urin + Pemanasan + FeCl3
Urin X
Kuning bening
Coklat bening
Urin Sample
Coklat keruh
Coklat keruh

E.   Kesimpulan

Tidak dihasilkannya warna merah kecoklatan menandakan tidak adanya asam asetoasetat dalam urin sample. Hal ini dikarenakan tes Gerhardt hanya spesifik untuk asam asetoasetat saja.

A. Pendahuluan
          Asam urat merupakan produk akhir katabolisme purin. Asam urat sendiri tidak dapat larut dalam air dan dapat membentuk kristal, batu, atau kalkuli. Sehingga meningkatnya kadar asam urat sering dikaitkan dengan gout. Kadar asam urat pada perempuan normal adalah 6 dan lelaki normal adalah 7.
B. Alat dan Bahan:
            1. Benecheck UA meter
           2. Strip
            3.  Sample darah
C. Cara Kerja
            1. Dikalibrasi alatnya terlebih dahulu.
           2.  Mengambil sampel darah pasien.
            3. Ditetes sampelnya pada alat.
           4. Dipasang strep pada alat.
            5.  Dilihat hasil dari alat tersebut.
D. Hasil Percobaan
          Dengan cara mengambil sampel dari beberapa pasien, terdapat hasil pasien yang melebihi dari angka normal dan ada beberapa pasien yang memiliki hasil yang normal.
E. Kesimpulan
          Makanan mempengaruhi kadar asam urat pada darah. Oleh karena itu, untuk mengontrol kadar asam urat pada darah sebisa mungkin untuk menekan atau memperkecil konsumsi makanan yang mengandung purin yang tinggi.

A.   Pendahuluan
Albuminuria (disebut juga proteinuria) adalah suatu kondisi di mana urin mengandung terlalu banyak protein. Albumin adalah protein utama dalam darah. Jika dalam darah terdapat albumin, itu berarti ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan albuminuria terjadi. Salah satunya adalah karena sistem sekresi dan ekskresi tubuh manusia yaitu ginjal mengalami kerusakan. Untuk mengetahui albuminuria atau tidaknya, maka dapat dilakukan dengan uji sampel urin.
B.   Percobaan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kadar albumin dalam urine.
a)      Alat dan Bahan:
1.          Beaker + air
2.        Tabung reaksi
3.          Urin sampel 1
4.        Urin sampel 2
5.          Hot Plate (with simple waterbath)
6.         Pipet
7.        Penjepit tabung reaksi
8.         Acetate acid (CH3COOH) 0,1 M
9.         Rak tabung reaksi
10.     Measuring cylinder
b)      Langkah Kerja
1.        Sampel urin diambil dengan  pipet tetes dan diukur terlebih dahulu dengan measuring cylinder, dan diambil sebanyak 3 ml. Buat 2 sampel, dan salah satunya sebagai indikator pembanding antara sebelum dan sesudah diteliti.
2.      Dipanaskan beaker yang telah diisi air dengan hot plate sampai mengepul.
3.        Setelah itu, dimasukan 3 ml urin tersebut ke dalam tabung reaksi.
4.      Jepit tabung reaksi lalu dimasukkan ke dalam beaker tadi, dan dipanaskan hingga mendidih 45menit).
5.        Setelah terlihat adanya perubahan berupa adanya molekul putih dalam urin, diangkat, dinginkan sebentar.
6.       diteteskan sebanyak 2 cc (2 tetes) acetate acid 0,1 M ke dalam urin yang telah dipanaskan tadi.
7.      Didiamkan (taruh di rak tabung reaksi) hingga timbul endapan putih.
C.   Hasil Percobaan
Pada akhirnya percobaan ini memberikan hasil adanya perubahan yang terjadi pada sampel urin 1 jika dibandingkan dengan sampel urin 2, berupa banyaknya endapan putih pada dasar tabung reaksi. Itu berarti bahwa pada sampel urin 1 tersebut terdapat albumin di dalamnya. Dengan kata lain pasien 1 yang diuji urinnya tersebut mengalami albuminuria yang dapat mengindikasikan terjadinya gangguan pada ginjal.
D.  Pembahasan
1.   Albumin dan Albuminuria
Albumin merupakan salah satu protein utama dalam tubuh manusia dan menyusun sekitar 60% dari total protein plasma. Kadar albumin normal dalam urine berkisar antara 0-0,04 gr/L/hari. Keberadaan albumin dalam urin dengan jumlah yang melebihi batas normal, dapat mengindikasikan terjadinya gangguan dalam proses metabolisme tubuh.
Proteinuria (disebut juga albuminuria) adalah suatu kondisi di mana urin berisi terlalu banyak protein. Protein yang dibawa oleh darah akan melewati ginjal. Ginjal akan menyaring produk limbah dan menyerap nutrisi yang dibutuhkan tubuh, seperti albumin dan protein lain. Namun, protein dari darah dapat tersalurkan ke dalam urin ketika filter ginjal (glomerulus) rusak.
Proteinuria merupakan tanda penyakit ginjal kronis (CKD), yang berkaitan diabetes, tekanan darah tinggi, dan penyakit lain yang menyebabkan peradangan pada ginjal. Untuk alasan ini, tes albumin dalam urin merupakan bagian dari penilaian medis rutin bagi semua orang. Penyakit ginjal kadang-kadang disebut penyakit ginjal. Jika CKD berlangsung, maka dapat mengakibatkan stadium akhir penyakit ginjal (ESRD).
2.     Penyebab Albuminuria
Albuminuria umumnya disebabkan karena ginjal rusak akibat diabetes. Umumnya orang yang menderita diabetes tipe 1 berada pada peningkatan risiko mengalami albuminuria. Kondisi lain seperti tekanan darah tinggi, sirosis, gagal jantung atau lupus eritematosus sistemik juga dapat memiliki efek buruk pada ginjal dan menyebabkan albuminuria. Ini akan sulit untuk mendeteksi gejala albuminuria pada tahap awal, tetapi jika dibiarkan tidak terdeteksi, sejumlah besar albumin dapat bocor ke dalam urin dan pasien mungkin mengalami gejala seperti air kencing berbusa, pembengkakan tangan, kaki, perut dan wajah.
3.      Pengobaatan
Jika ginjal rusak, albuminuria akan tinggi, bahkan saat tekanan darah normal. Sejauh ini pengobatan albuminuria memerlukan perawatan intensif. Jika seseorang menderita diabetes dan hipertensi, pengobatan dititikberatkan pada pengendalian kadar glukosa. Mereka yang menderita diabetes dan tekanan darah tinggi mungkin perlu angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor atau angiotensin receptor blocker (ARB) untuk melindungi fungsi ginjal. Dokter mungkin juga meresepkan diuretik tertentu untuk menyingkirkan kelebihan cairan dari tubuh.
Apabila ginjal telah rusak berat (gagal ginjal), itu berarti dapat mengakibatkan terganggunya sistem peredaran darah. Karena berdasarkan fungsi ginjal dalam tubuh, yaitu sebagai regulasi tekanan darah, kontraksi jantung. Apabila rusak, maka orang  tersebut harus diangkat ginjalnya. Untuk selanjutnya transplantasi ginjal adalah pemulihan terbaik, atau jika tidak diangkat ginjalnya, maka cuci darah perlu dilakukan.
E.   Kesimpulan dan Saran
1.     Kesimpulan
Albumin merupakan salah satu protein utama dalam tubuh manusia. Apabila kadar albumin dalam tubuh melebihi batas normal, maka dapat terjadi albuminuria. Albuminuria atau disebut juga proteinuria adalah suatu kondisi di mana urin berisi terlalu banyak protein. Albuminuria dapat terjadi disebabkan oleh terganggunya fungsi ginjal atau bahkan ginjal rusak.
Pengujian albumin dapat dilakukan dengan heating test (memanaskan sampel urin), dimana urin yang telah dipanaskan ditambahkan beberapa tetes acetate acid. Jika setelah ditetesi acetate acid, larutan tidak menunjukkan perubahan warna kemudian setelah itu, tetap berwarna bening kekuningan, hal ini menunjukkan bahwa dalam urin tidak terdapat albumin. Namun yang terjadi adalah adanya endapan albumin. Sehingga pasien tersebut mengalami albuminuria.
2.   Saran
Untuk menghindari kesalahan pada praktikum yang dapat mengakibatkan percobaan diulang untuk kedua kalinya, sebaiknya praktikum ini dibimbing meskipun sudah terdapat flow diagram secara garis besar yang dijadikan sebagai pedoman dalam praktikum.

DAFTAR PUSTAKA
Muray, K. Robert, et al., eds. 1999. a LANGE medical book Harper’s Biochemistry, 25th ed. USA: Lange.

Proteinuria in National Kidney and Urologic Diseases Information Clearing House (NIKUDIC), a service of the National Institute of Diabetes, Digestive and Kidney Diseases (NIDDK). Diakses dari:  http://kidney.niddk.nih.gov  (17 Oktober 2010)

Aybsth. Powered by Blogger.