A. Pendahuluan
Albuminuria (disebut juga proteinuria) adalah
suatu kondisi di mana urin mengandung terlalu banyak protein. Albumin adalah
protein utama dalam darah. Jika dalam darah terdapat albumin, itu berarti ada
beberapa kemungkinan yang menyebabkan albuminuria terjadi. Salah satunya adalah
karena sistem sekresi dan ekskresi tubuh manusia yaitu ginjal mengalami
kerusakan. Untuk mengetahui albuminuria atau tidaknya, maka dapat dilakukan
dengan uji sampel urin.
B. Percobaan
Praktikum
ini bertujuan untuk mengetahui kadar albumin dalam urine.
a)
Alat dan Bahan:
1.
Beaker + air
2.
Tabung reaksi
3.
Urin sampel 1
4.
Urin sampel 2
5.
Hot Plate (with simple waterbath)
6.
Pipet
7.
Penjepit tabung reaksi
8.
Acetate acid (CH3COOH) 0,1 M
9.
Rak tabung reaksi
10.
Measuring cylinder
b)
Langkah Kerja
1.
Sampel urin diambil dengan
pipet tetes dan diukur terlebih dahulu dengan measuring cylinder, dan
diambil sebanyak 3 ml. Buat 2 sampel, dan salah satunya sebagai indikator
pembanding antara sebelum dan sesudah diteliti.
2.
Dipanaskan beaker yang
telah diisi air dengan hot plate sampai mengepul.
3.
Setelah itu, dimasukan 3 ml urin
tersebut ke dalam tabung reaksi.
4.
Jepit tabung reaksi lalu dimasukkan ke dalam
beaker tadi, dan dipanaskan hingga
mendidih (±45menit).
5.
Setelah terlihat adanya perubahan berupa adanya molekul putih
dalam urin, diangkat, dinginkan sebentar.
6.
diteteskan sebanyak 2 cc
(2 tetes) acetate acid 0,1 M ke dalam urin yang telah dipanaskan tadi.
7.
Didiamkan (taruh di rak
tabung reaksi) hingga timbul endapan putih.
C. Hasil Percobaan
Pada
akhirnya percobaan ini memberikan hasil adanya perubahan yang terjadi pada sampel urin
1
jika dibandingkan dengan sampel urin 2, berupa banyaknya
endapan putih pada dasar tabung reaksi. Itu berarti bahwa pada sampel urin
1
tersebut terdapat albumin di dalamnya. Dengan kata lain pasien 1
yang
diuji urinnya tersebut mengalami albuminuria yang dapat mengindikasikan
terjadinya gangguan pada ginjal.
D. Pembahasan
1. Albumin dan Albuminuria
Albumin merupakan salah satu protein
utama dalam tubuh manusia dan menyusun sekitar 60% dari total protein plasma.
Kadar albumin normal dalam urine berkisar antara 0-0,04 gr/L/hari. Keberadaan
albumin dalam urin dengan jumlah yang melebihi batas normal, dapat mengindikasikan
terjadinya gangguan dalam proses metabolisme tubuh.
Proteinuria (disebut juga albuminuria) adalah
suatu kondisi di mana urin berisi terlalu banyak protein. Protein yang dibawa
oleh darah akan melewati ginjal. Ginjal akan menyaring produk limbah dan menyerap
nutrisi yang dibutuhkan tubuh, seperti albumin dan protein lain. Namun, protein
dari darah dapat tersalurkan ke dalam urin ketika filter ginjal (glomerulus)
rusak.
Proteinuria merupakan tanda penyakit ginjal
kronis (CKD), yang berkaitan diabetes, tekanan darah tinggi, dan penyakit lain yang
menyebabkan peradangan pada ginjal. Untuk alasan ini, tes albumin dalam urin
merupakan bagian dari penilaian medis rutin bagi semua orang. Penyakit ginjal
kadang-kadang disebut penyakit ginjal. Jika CKD berlangsung, maka dapat
mengakibatkan stadium akhir penyakit ginjal (ESRD).
2. Penyebab Albuminuria
Albuminuria umumnya disebabkan karena ginjal
rusak akibat diabetes. Umumnya orang yang menderita diabetes
tipe 1 berada pada peningkatan risiko mengalami
albuminuria. Kondisi lain seperti tekanan darah tinggi, sirosis, gagal jantung
atau lupus eritematosus sistemik juga dapat memiliki efek buruk pada ginjal dan
menyebabkan albuminuria. Ini akan sulit untuk mendeteksi gejala albuminuria
pada tahap awal, tetapi jika dibiarkan tidak terdeteksi, sejumlah besar albumin
dapat bocor ke dalam urin dan pasien mungkin mengalami gejala seperti air
kencing berbusa, pembengkakan tangan, kaki, perut dan wajah.
3. Pengobaatan
Jika
ginjal rusak, albuminuria akan tinggi, bahkan saat tekanan darah normal. Sejauh
ini pengobatan albuminuria memerlukan perawatan intensif. Jika seseorang
menderita diabetes dan hipertensi, pengobatan dititikberatkan pada pengendalian
kadar glukosa. Mereka yang menderita diabetes dan tekanan darah tinggi mungkin
perlu angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor atau angiotensin receptor
blocker (ARB) untuk melindungi fungsi ginjal. Dokter mungkin juga meresepkan
diuretik tertentu untuk menyingkirkan kelebihan cairan dari tubuh.
Apabila
ginjal telah rusak berat (gagal ginjal), itu berarti dapat mengakibatkan
terganggunya sistem peredaran darah. Karena berdasarkan fungsi ginjal dalam
tubuh, yaitu sebagai regulasi tekanan darah, kontraksi jantung. Apabila rusak,
maka orang tersebut harus diangkat ginjalnya.
Untuk selanjutnya transplantasi ginjal adalah pemulihan terbaik, atau jika
tidak diangkat ginjalnya, maka cuci darah perlu dilakukan.
E. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Albumin merupakan
salah satu protein utama dalam tubuh manusia. Apabila kadar albumin dalam tubuh
melebihi batas normal, maka dapat terjadi albuminuria. Albuminuria atau disebut
juga proteinuria adalah suatu
kondisi di mana urin berisi terlalu banyak protein. Albuminuria dapat terjadi
disebabkan oleh terganggunya fungsi ginjal atau bahkan ginjal rusak.
Pengujian albumin dapat dilakukan
dengan heating test (memanaskan sampel urin), dimana urin yang telah dipanaskan
ditambahkan beberapa tetes acetate acid. Jika setelah ditetesi acetate acid,
larutan tidak menunjukkan perubahan warna kemudian setelah itu, tetap berwarna bening kekuningan, hal
ini menunjukkan bahwa dalam urin tidak terdapat albumin. Namun yang terjadi
adalah adanya endapan albumin. Sehingga pasien tersebut mengalami albuminuria.
2. Saran
Untuk menghindari
kesalahan pada praktikum yang dapat mengakibatkan percobaan diulang untuk kedua
kalinya, sebaiknya praktikum ini dibimbing meskipun sudah terdapat flow diagram
secara garis besar yang dijadikan sebagai pedoman dalam praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Muray,
K. Robert, et al., eds. 1999. a LANGE
medical book Harper’s Biochemistry, 25th ed. USA: Lange.
Proteinuria in National Kidney and Urologic Diseases Information Clearing House
(NIKUDIC), a service of the National Institute of Diabetes, Digestive and
Kidney Diseases (NIDDK). Diakses dari: http://kidney.niddk.nih.gov (17 Oktober 2010)