Monday, August 15, 2016

Pengobatan alternatif adalah salah satu jenis pengobatan non-konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif, preventive, kuratif & rehabilitatif yg diperoleh mealui pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan dan efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik tetapi belum diterima dalam kedokteran konvensional.
Akhir-akhir ini sedang marak pengobatan alternative di masyarakat. Bahkan tidak sedikit dari masyarakat kita yang lebih mempercayai pengobatan alternative yang tidak memiliki basis ilmu kedokteran dibandingkan dengan berobat ke dokter yang jelas-jelas memiliki ilmu tentang penyakit dan terapi yang logis. Padahal tidak semua pengobatan alternative memiliki ijin yang sah dari kementrian kesehatan.

WESTERN MEDICINE
Western Medicine atau conventional medicine adalah  metoda atau cara pengobatan yang dilakukan oleh dokter didasarkan atas hasil survey atau penelitian (evidence based medicine). Pengobatan komplementar tradisional alternatif adalah salah satu jenis pengobatan non-konvensional yang ditujukkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat  meliputi upaya promotif, preventive, kuratif, dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan, dan efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik tetapi belum diterima dalam kedokteran konvensional. 

DOKTER VS PENGOBATAN ALTERNATIF
Dokter sebuah profesi kesehatan yang menuntut ketelitian dan kejelian dalam pekerjaanya dikarenakan berhubungan dengan hidup mati seseorang yang menjadi pasiennya. Oleh karenanya sebagai seorang dokter harus bekerja menurut disiplin ilmu, protap dan aturan yang jelas sehingga tidak membahayakan para pasien. Seorang dokter juga berkewajiban memiliki empati dan hati nurani karena pekerjaanya berkaitan erat dengan kemanusiaan. Dokter disumpah untuk membaktikan hidupnya guna kepentingan perikemanusiaan, sehingga selayaknya pekerjaan mereka dituntut untuk lebih mementingkan kepentingan pasien daripada kepentingan pribadi.
Untuk menjadi seorang dokter dibutuhkan waktu tempuh pendidikan yang tidak sebentar. Menjadi dokter umum setidaknya memerlukan waktu 4 tahun untuk belajar teori dan 2 tahun untuk belajar dalam koass (praktek) langsung di rumah sakit dan puskesmas. Belum lagi ditambah untuk menjadi dokter spesialis setidaknya masih harus menjalani pendidikan lagi antara 4-6 tahun lamanya. Sehingga total untuk menjadi dokter spesialis diperlukan waktu tempuh pendidikan minimal 10 tahun. Waktu yang tidak sebentar jika dibandingkan dengan profesi lain yang hanya perlu waktu tempuh pendidikan sekitar 3-5 tahun saja.
Tak hanya itu, setelah dilantik menjadi dokter umum, bukan berarti seorang dokter bisa langsung menjalani praktek, karena dia haruslah lulus terlebih dahulu dalam Ujian Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI) untuk mendapatkan Surat Tanda Registrasi (STR) dari Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) sebagai sarat untuk pengurusan Surat Ijin Praktek (SIP) dokter. Karena tanpa SIP dokter akan dianggap menyelenggarakan praktek kedokteran ilegal. Ujian semacam ini diperlukan untuk menyaring dokter-dokter berkualitas yang akan melayani masyarakat secara langsung.
Begitu sulit dan berlika-liku perjalanan menjadi seorang dokter, mulai dari persaingan saat ujian masuk fakultas kedokteran, biaya pendidikan yang begitu mahal, syarat kelulusan yang tidaklah mudah, kegiatan perkuliahan dan perkoassan yang berat, resiko tertularnya berbagai jenis penyakit karena selalu bersinggungan dengan pasien, hingga harus jauh dari keluarga, anak dan istri karena harus mengabdi untuk bersedia ditempatkan di daerah sangat terpencil di seluruh Indonesia sebagai dokter PTT.
Menjadi sebuah ironi ketika melihat perjalanan menjadi dokter yang begitu sulit, akan tetapi disisi lain saat ini bermunculan banyak pengobatan alternatif baik yang ilegal karena belum memeiliki izin resmi maupun mereka yang  legal karena mengantongi izin dari dinas kesehatan terkait. Beberapa waktu lalu sempat heboh dan bermunculan berbagai iklan tentang klinik pengobatan TCM Tong Fang di Televisi lengkap dengan testimonial pasien mereka yang berhasil disembuhkan, namun belakangan iklan-iklan mereka dianggap menjerumuskan calon pasien.
Pengobatan TCM hanya salah satu contoh maraknya pengobat alternatif di indonesia. Diantara mereka memang ada yang memiliki pendidikan pengobatan TCM ala china akan tetapi banyak juga yang tidak dibekali pendidikan melalui jalur resmi. Selain TCM masih banyak pengobatan alternatif lain yang bermunculan di Indonesia. Diantara pengobatan tersebut memang ada yang terbukti memberikan hasil baik bagi penyembuhan pasien, akan tetapi banyak juga diantara mereka hanya memikikrkan keuntungan semata, tanpa memperhatikan keamanan dan keselamatan pasien.
Para pengobat herbal selalu berdalih bahwa terapi yang mereka berikan tidak memiliki efek samping yang merugikan karena bersifat alami, hal ini berbeda dengan obat-obatan dokter yang berasal dari zat kimia sehingga memiliki efek samping yang berbahaya untuk tubuh. Pernyataan tersebut tidak benar tapi juga tidak sepenuhnya salah, karena memang benar obat-obatan itu mengandung senyawa kimia akan tetapi tentu saja takaran dosis dan kandungannya disesuaikan bagi kebutuhan manusia, pemberiannya pun juga tidak boleh sembarangan. Ada aturan yang jelas sehingga obat yang diberikan dapat memberikan manfaat bagi pengobatan dan meminimalisisr efek sampingnya.
Lain halnya dengan munculnya berbagai jenis pengobat herbal, dengan ramuan-ramuan ajaibnya yang terkadang justru tidak memiliki label informasi yang jelas mengenai indikasi dan kontraindikasi obat, komposisi obat, tanggal kadaluarsa, petunjuk pemakaian, interaksi dengan obat lain serta informasi lain seputar petunjuk peringatan keamanan dan keselamatan bagi pasien yang akan mengkonsumsi obat-obatan herbal tersebut. Lalu apakah jika begitu masih bisa dibilang jika obat herbal jauh lebih aman ketimbang obat-obatan modern yang sudah jelas baik buruknya bagi kesehatan pasien?
Tidak ada salahnya memang menjadi pengobat alternatif ataupun pengobat herbal. Justru menjadi sebuah solusi untuk bersama meningkatkan taraf kesehatan masyarakat. Akan tetapi yang perlu diperhatikan hendaknya mereka yang mengaku memiliki kemampuan pengobatan tradisional/alternatif dan ingin berpraktek mendirikan klinik ada baiknya benar-benar dibekali basic pendidikan pengobatan yang jelas, agar nantinya tidak mencelakakan pasien mereka. Selain itu dinas kesehatan sebagai instansi yang berwenang memberikan ijin praktek pengobatan juga harus ketat dan tegas dalam menyeleksi dan memberikan ijin praktek pengobat alternatif tersebut.
Fakta dilapangan yang terjadi saat ini justru berkebalikan, banyak dokter yang kesulitan mendapatkan surat ijin praktek karena terbentur ujian kompetensi dokter (UKDI), banyak klinik dokter yang kesulitan mendapatkan ijin karena harus melengkapi semua syarat yang dibutuhkan agar ijin dapat dikeluarkan atau pelaksanaan proses akreditasi rumah sakit yang sangat melelahkan dan menyita waktu, sebagai syarat agar rumah sakit tersebut terus dapat beroperasi. Hal ini sangat berbeda jauh dengan mudahnya seseorang yang mengaku ahli pengobatan alternatif untuk mendapatkan ijin praktek.
Entah apa yang sudah terjadi dalam sistem kesehatan di negara kita, seorang dokter yang begitu susah payah meraih gelar dokter mereka, masih saja dipersulit untuk mengabdikan ilmu mereka bagi peningkatan taraf kesehatan masyarakat. Sementara mereka para oknum  pengobat alternatif yang belum jelas pendidikan dan pengetahuan seputar pengobatan justru dapat melenggang dengan leluasa untuk memberikan pengobatan pada masyarakat bahkan dengan percaya diri mereka memasang plang papan nama besar, hingga menyebar pamflet, pasang iklan di koran, radio dan TV dengan berbagai janji-janji kesembuhan pengobatan mereka.
Diluar itu semua saya juga meyakini, bahwa tidak ada satupun rekan-rekan sejawat dokter yang merasa kuatir  tersaingi  karena banyaknya bermunculan klinik-klinik pengobatan herbal tersebut. Hal ini terbukit dengan makin ramainya jumlah kunjungan pasien untuk berobat di klinik dokter ataupun dirumah sakit. Justru yang menjadi kekuatiran kami sebenarnya lebih karena makin banyak juga pasien yang datang sudah dalam kondisi parah karena sebelumnya sudah dirawat oleh oknum pengobatan alternatif. Kondisi yang sudah makin parah tersebut tentunya akan mempersulit proses pengobatan secara medis, sehingga pada akhirnya memerlukan waktu lama dan biaya pengobatan yang lebih besar.
Tidak ada salahnya memang menjadi pengobat alternatif, dokter juga bukanlah profesi yang paling hebat dalam hal penyembuhan. Setiap jenis pengobatan adalah usaha manusia, sementara untuk hasil akhir pengobatan itu sendiri Tuhan yang menentukan. Namun setidaknya sebagai manusia yang memiliki akar dan pikiran bisa mempertimbangkan pengobatan yang rasional, bukan pengobatan yang cenderung tidak masuk akal. Banyak diantara para oknum pengobat alternatif yang tidak didukung oleh data dan fakta seputar penyakit yang diderita oleh pasiennya sehingga bisa dibilang pengobatan yang diberikan juga cenderung asal-asalan.
Berbeda dengan seorang dokter, tidak akan mengobati pasiennya semata-mata hanya berdasarkan apa yang dikeluhkan pasien. Tapi dokter akan mencari data objektif lain yang jelas dan valid sehingga mendukung diagnosis dan terapi yang diberikan. Selain anamnesis (wawacancara) seputar keluhan pasien, dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang yang diperlukan seperti laboratorium darah, rekam jantung (EKG), pemeriksaan USG dan Radiologi, serta berbagai pemeriksaan lain yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis pasiennya sehingga dapat diberikan pengobatan yang benar dan efektif.
Untungnya masyarakat kita sekarang sudah cukup cerdas, sehingga tidak mudah terbuju rayuan pengobatan alternatif yang memberikan jani-janji surga bagi kesembuhan pasien. Akan tetepai na’as bagi mereka yang minim informasi banyak yang menjadi korban para oknum tersebut. Penyakit yang sebelumnya bisa dibilang tak begitu parah justru menjadi makin parah, bahkan tak jarang hingga meninggal dunia setelah ditangani oknum pengobat alternatif tersebut. Namun adakah diantara mereka yang menggugat? adakah kasus malpraktik pengobat alternatif yang didokumentasikan dan diberitakan secara besar-besaran dimedia massa? sangat berbeda bukan pemberitaannya ketika ada berita seputar dugaan dan tuduhan malpraktik yang dilakukan oleh dokter.
Pengobatan alternatif itu baik, namun perlu diperhatikan bahwa pengobatan alternatif itu harus benar-benar memiliki basic pendidikan pengobatan yang jelas, agar nantinya tidak mencelakakan pasien. Jadi, pengobatan alternatif ini digunakan apabila pasien sudah mengetahui diagnosis dari dokter terlebih dahulu, agar prinsip dasar dari terapi penyakitnya diketahui oleh pasien sehingga memiliki dasar untuk  memilih pengobatan konvensional ataupun alternatif, sebab pilihan terapi merupakan hak pasien.
Untuk dokter, cukup menginformasikan pasien tentang pilihan terapi yang akan diambil oleh pasien. Pada pasien, sebaiknya lebih mencari informasi yang benar mengenai pengobatan alternatif dan konvensional agar menjadi pasien yang cerdas. Untuk pengobat alternatif, harus memiliki basic pengobatan yang jelas. Khusus untuk  dinas kesehatan sebagai instansi terkait harus ketat dalam memberi izin praktek terhadap pengobat alternatif.

0 komentar:

Post a Comment

Aybsth. Powered by Blogger.