1. Glikolisis
Glikolisis
berlangsung di dalam sitosol semua sel. Lintasan katabolisme ini adalah proses
pemecahan glukosa menjadi:
a.
Asam piruvat, pada suasana aerob (tersedia oksigen)
b.
Asam laktat, pada suasana anaerob (tidak tersedia oksigen)
Glikolisis merupakan jalur utama
metabolisme glukosa agar terbentuk asam piruvat, dan selanjutnya asetil-KoA
untuk dioksidasi dalam siklus asam sitrat (Siklus Kreb’s). Selain itu
glikolisis juga menjadi lintasan utama metabolisme fruktosa dan galaktosa.
Keseluruhan persamaan reaksi untuk
glikolisis yang menghasilkan laktat adalah:
Glukosa + 2ADP +2Pi à 2L(+)-Laktat +2ATP +2H2O
Tahap
tahap proses glikolisis :
1.
Glukosa masuk lintasan
glikolisis melalui fosforilasi menjadi glukosa-6
fosfat dengan dikatalisir oleh enzim heksokinase
atau glukokinase pada sel parenkim
hati dan sel Pulau Langerhans pancreas. Proses ini memerlukan ATP sebagai donor fosfat. ATP bereaksi
sebagai kompleks Mg-ATP. Terminal fosfat berenergi tinggi pada ATP digunakan,
sehingga hasilnya adalah ADP. (-1P)
Reaksi ini disertai kehilangan energi bebas dalam jumlah besar berupa kalor,
sehingga dalam kondisi fisiologis dianggap irrevesibel. Heksokinase dihambat
secara alosterik oleh produk reaksi glukosa 6-fosfat.
Mg2+
Glukosa + ATP à glukosa 6-fosfat + ADP
2.
Glukosa 6-fosfat diubah menjadi Fruktosa 6-fosfat dengan bantuan enzim fosfoheksosa isomerase dalam suatu
reaksi isomerasi aldosa-ketosa. Enzim ini hanya bekerja pada anomer µ-glukosa 6-fosfat.
µ-D-glukosa 6-fosfat « µ-D-fruktosa 6-fosfat
3.
Fruktosa 6-fosfat diubah menjadi Fruktosa 1,6-bifosfat dengan bantuan
enzim fosfofruktokinase.
Fosfofruktokinase merupakan enzim yang bersifat alosterik sekaligus bisa
diinduksi, sehingga berperan penting dalam laju glikolisis. Dalam kondisi fisiologis
tahap ini bisa dianggap irreversible. Reaksi ini memerlukan ATP sebagai donor fosfat, sehingga
hasilnya adalah ADP.(-1P)
µ-D-fruktosa 6-fosfat
+ ATP « D-fruktosa
1,6-bifosfat
4.
Fruktosa 1,6-bifosfat
dipecah
menjadi 2 senyawa triosa fosfat yaitu gliserahdehid
3-fosfat dan dihidroksi aseton
fosfat. Reaksi ini dikatalisir oleh enzim aldolase (fruktosa 1,6-bifosfat aldolase).
D-fruktosa
1,6-bifosfat« D-gliseraldehid
3-fosfat + dihidroksiaseton fosfat
5.
Gliseraldehid
3-fosfat dapat
berubah menjadi dihidroksi aseton fosfat
dan sebaliknya (reaksi interkonversi). Reaksi bolak-balik ini mendapatkan
katalisator enzim fosfotriosa isomerase.
D-gliseraldehid
3-fosfat « dihidroksiaseton
fosfat
6.
Glikolisis berlangsung melalui oksidasi Gliseraldehid 3-fosfat menjadi 1,3-bifosfogliserat,
dan karena aktivitas enzim fosfotriosa isomerase, senyawa dihidroksi aseton
fosfat juga dioksidasi menjadi 1,3-bifosfogliserat melewati gliseraldehid
3-fosfat.
D-gliseraldehid
3-fosfat + NAD+ + Pi« 1,3-bifosfogliserat + NADH + H+
Enzim yang bertanggung jawab terhadap
oksidasi di atas adalah gliseraldehid
3-fosfat dehidrogenase, suatu enzim yang bergantung kepada NAD.
Atom-atom hydrogen yang dikeluarkan
dari proses oksidasi ini dipindahkan kepada NAD+ yang terikat pada
enzim. Pada rantai respirasi mitokondria akan dihasilkan tiga fosfat berenergi
tinggi. (+3P)
Catatan:
Karena fruktosa 1,6-bifosfat yang memiliki 6 atom C dipecah menjadi Gliseraldehid 3-fosfat dan dihidroksi
aseton fosfat yang masing-masing memiliki
3 atom C, dengan demikian terbentuk 2 molekul gula yang masing-masing
beratom C tiga (triosa). Jika molekul dihidroksiaseton fosfat juga berubah
menjadi 1,3-bifosfogliserat, maka dari 1 molekul glukosa pada bagian awal,
sampai dengan tahap ini akan menghasilkan 2 x 3P = 6P. (+6P)
7.
Energi yang dihasilkan dalam proses oksidasi disimpan
melalui pembentukan ikatan sulfur berenergi tinggi, setelah fosforolisis,
sebuah gugus fosfat berenergi tinggi dalam posisi 1 senyawa 1,3 bifosfogliserat. Fosfat berenergi
tinggi ini ditangkap menjadi ATP dalam
reaksi lebih lanjut dengan ADP, yang dikatalisir oleh enzim fosfogliserat kinase. Senyawa sisa yang
dihasilkan adalah 3-fosfogliserat.
1,3-bifosfogliserat +
ADP « 3-fosfogliserat +
ATP
Catatan:
Karena ada dua molekul
1,3-bifosfogliserat, maka energi yang dihasilkan adalah 2 x 1P = 2P. (+2P)
8.
3-fosfogliserat diubah menjadi 2-fosfogliserat dengan dikatalisir oleh
enzim fosfogliserat mutase. Senyawa
2,3-bifosfogliserat (difosfogliserat, DPG) merupakan intermediate dalam reaksi
ini.
3-fosfogliserat « 2-fosfogliserat
9.
2-fosfogliserat diubah menjadi fosfoenol piruvat (PEP) dengan bantuan
enzim enolase. Reaksi ini melibatkan
dehidrasi serta pendistribusian kembali energi di dalam molekul, menaikkan
valensi fosfat dari posisi 2 ke status berenergi tinggi.
Enolase dihambat oleh
fluoride,
suatu unsure yang dapat digunakan jika glikolisis di dalam darah perlu dicegah
sebelum kadar glukosa darah diperiksa. Enzim ini bergantung pada keberadaan Mg2+
atau Mn2+.
2-fosfogliserat « fosfoenol piruvat +
H2O
10.
Fosfat berenergi tinggi PEP
dipindahkan pada ADP oleh enzim piruvat kinase sehingga menghasilkan ATP. Enol piruvat yang terbentuk dalam
reaksi ini mengalami konversi spontan menjadi keto piruvat. Reaksi ini disertai
kehilangan energi bebas dalam jumlah besar sebagai panas dan secara fisiologis
adalah irreversible.
Fosfoenol piruvat +
ADP à piruvat + ATP
Catatan:
Karena ada 2 molekul PEP maka terbentuk
2 molekul enol piruvat sehingga total hasil energi pada tahap ini adalah 2 x 1P
= 2P. (+2P)
11.
Jika keadaan bersifat anaerob
(tak tersedia oksigen), reoksidasi
NADH melalui pemindahan sejumlah unsure ekuivalen pereduksi akan dicegah. Piruvat akan direduksi oleh NADH menjadi laktat. Reaksi ini dikatalisir oleh enzim laktat dehidrogenase.
Piruvat + NADH + H+
à L(+)-Laktat + NAD+
Dalam keadaan aerob, piruvat diambil
oleh mitokondria, dan setelah konversi menjadi asetil-KoA, akan dioksidasi menjadi CO2 melalui siklus
asam sitrat (Siklus Kreb’s).
Ekuivalen pereduksi dari reaksi NADH + H+ yang terbentuk dalam
glikolisis akan diambil oleh mitokondria untuk oksidasi melalui salah satu dari
reaksi ulang alik (shuttle).
Kesimpulan:
Pada glikolisis aerob, energi yang
dihasilkan terinci sebagai berikut:
- hasil tingkat
substrat :+
4P
- hasil oksidasi
respirasi :+
6P
jumlah +10P
- dikurangi untuk
aktifasi glukosa dan fruktosa 6P :
- 2P
+ 8P
Pada glikolisis anaerob, energi yang
dihasilkan terinci sebagai berikut:
- hasil tingkat
substrat
:+ 4P
- hasil oksidasi
respirasi :+
0P
jumlah + 4P
- dikurangi untuk
aktifasi glukosa dan fruktosa 6P :
- 2P
+ 2P
2. Siklus Asam Sitrat
Siklus ini juga sering disebut sebagai
siklus Kreb’s dan siklus asam trikarboksilat dan berlangsung di dalam
mitokondria. Siklus asam sitrat merupakan jalur
bersama oksidasi karbohidrat, lipid dan protein.
Siklus asam sitrat merupakan rangkaian
reaksi yang menyebabkan katabolisme asetil KoA, dengan membebaskan sejumlah
ekuivalen hidrogen yang pada oksidasi menyebabkan pelepasan dan penangkapan
sebagaian besar energi yang tersedia dari bahan baker jaringan, dalam bentuk
ATP. Residu asetil ini berada dalam bentuk asetil-KoA (CH3-CO~KoA, asetat aktif),
suatu ester koenzim A. Ko-A mengandung vitamin asam pantotenat.
Fungsi utama siklus asam sitrat adalah
sebagai lintasan akhir bersama untuk oksidasi karbohidrat, lipid dan protein.
Hal ini terjadi karena glukosa, asam lemak dan banyak asam amino dimetabolisir
menjadi asetil KoA atau intermediat yang ada dalam siklus tersebut.
Selama proses oksidasi asetil KoA di
dalam siklus, akan terbentuk ekuivalen pereduksi dalam bentuk hidrogen atau
elektron sebagai hasil kegiatan enzim dehidrogenase spesifik. Unsur ekuivalen
pereduksi ini kemudian memasuki rantai respirasi tempat sejumlah besar ATP
dihasilkan dalam proses fosforilasi oksidatif. Pada keadaan tanpa oksigen
(anoksia) atau kekurangan oksigen (hipoksia) terjadi hambatan total pada siklus
tersebut.
Enzim-enzim siklus asam sitrat terletak
di dalam matriks mitokondria, baik
dalam bentuk bebas ataupun melekat pada permukaan dalam membran interna
mitokondria sehingga memfasilitasi pemindahan unsur ekuivalen pereduksi ke
enzim terdekat pada rantai respirasi, yang bertempat di dalam membran interna
mitokondria.
Reaksi-reaksi
pada siklus asam sitrat diuraikan sebagai berikut:
1.
Kondensasi awal asetil
KoA dengan oksaloasetat membentuk
sitrat, dikatalisir oleh enzim sitrat sintase menyebabkan sintesis
ikatan karbon ke karbon di antara atom karbon metil pada asetil KoA dengan atom
karbon karbonil pada oksaloasetat. Reaksi kondensasi, yang membentuk sitril
KoA, diikuti oleh hidrolisis ikatan tioester KoA yang disertai dengan hilangnya
energi bebas dalam bentuk panas dalam jumlah besar, memastikan reaksi tersebut
selesai dengan sempurna.
Asetil KoA +
Oksaloasetat + H2O à Sitrat + KoA
2. Sitrat dikonversi menjadi isositrat
oleh enzim akonitase (akonitat
hidratase) yang mengandung besi Fe2+ dalam bentuk protein
besi-sulfur (Fe:S). Konversi ini berlangsung dalam 2 tahap, yaitu: dehidrasi menjadi sis-akonitat, yang
sebagian di antaranya terikat pada enzim dan rehidrasi menjadi isositrat.
Reaksi tersebut dihambat oleh fluoroasetat yang dalam bentuk
fluoroasetil KoA mengadakan kondensasi dengan oksaloasetat untuk membentuk
fluorositrat. Senyawa terakhir ini menghambat akonitase sehingga menimbulkan
penumpukan sitrat.
3.
Isositrat mengalami
dehidrogenasi membentuk oksalosuksinat dengan
adanya enzim isositrat dehidrogenase.
Di antara enzim ini ada yang spesifik NAD+, hanya ditemukan di dalam
mitokondria. Dua enzim lainnya bersifat spesifik NADP+ dan
masing-masing secara berurutan dijumpai di dalam mitokondria serta sitosol.
Oksidasi terkait rantai respirasi
terhadap isositrat berlangsung hampir sempurna melalui enzim yang bergantung
NAD+.
Isositrat + NAD+
« Oksalosuksinat « µ–ketoglutarat + CO2
+ NADH + H+
(terikat enzim)
Kemudian terjadi dekarboksilasi menjadi µ–ketoglutarat
yang
juga dikatalisir oleh enzim isositrat
dehidrogenase. Mn2+ atau Mg2+ merupakan komponen
penting reaksi dekarboksilasi. Oksalosuksinat tampaknya akan tetap terikat pada
enzim sebagai intermediate dalam keseluruhan reaksi.
4.
Selanjutnya µ–ketoglutarat mengalami dekarboksilasi oksidatif
melalui cara yang sama dengan dekarboksilasi oksidatif piruvat, dengan kedua
substrat berupa asam µ–keto.
µ–ketoglutarat + NAD+
+ KoA à Suksinil KoA + CO2 + NADH +
H+
Reaksi tersebut yang dikatalisir oleh kompleks µ–ketoglutarat dehidrogenase, juga memerlukan
kofaktor yang idenstik dengan kompleks piruvat dehidrogenase, contohnya TDP,
lipoat, NAD+, FAD serta KoA, dan menghasilkan pembentukan suksinil KoA (tioester berenergi tinggi).
Arsenit menghambat reaksi di atas sehingga menyebabkan penumpukan µ–ketoglutarat.
5.
Tahap selanjutnya terjadi perubahan suksinil KoA menjadi suksinat
dengan adanya peran enzim suksinat
tiokinase (suksinil KoA sintetase).
Suksinil KoA + Pi
+ ADP « Suksinat + ATP + KoA
Dalam siklus asam sitrat, reaksi ini adalah satu-satunya
contoh pembentukan fosfat berenergi tinggi pada tingkatan substrat dan terjadi
karena pelepasan energi bebas dari dekarboksilasi oksidatif µ–ketoglutarat cukup
memadai untuk menghasilkan ikatan berenergi tinggi disamping pembentukan NADH
(setara dengan 3~P.
6.
Suksinat dimetabolisir lebih
lanjut melalui reaksi dehidrogenasi yang diikuti oleh penambahan air dan
kemudian oleh dehidrogenasi lebih lanjut yang menghasilkan kembali oksaloasetat.
Suksinat + FAD « Fumarat + FADH2
Reaksi dehidrogenasi pertama dikatalisir oleh enzim suksinat dehidrogenase yang terikat
pada permukaan dalam membrane interna mitokondria, berbeda dengan enzim-enzim
lain yang ditemukan pada matriks. Reaksi ini adalah satu-satunya reaksi
dehidrogenasi dalam siklus asam sitrat yang melibatkan pemindahan langsung atom
hydrogen dari substrat kepada flavoprotein tanpa peran NAD+. Enzim
ini mengandung FAD dan protein besi-sulfur (Fe:S). Fumarat terbentuk sebagai hasil dehidrogenasi. Fumarase (fumarat hidratase) mengkatalisir penambahan air pada fumarat untuk menghasilkan malat.
Fumarat + H2O
« L-malat
Enzim fumarase juga mengkatalisir penambahan unsure-unsur
air kepada ikatan rangkap fumarat dalam konfigurasi trans.
Malat dikonversikan menjadi
oksaloasetat dengan katalisator
berupa enzim malat dehidrogenase,
suatu reaksi yang memerlukan NAD+.
L-Malat + NAD+
« oksaloasetat + NADH
+ H+
Enzim-enzim dalam siklus asam sitrat, kecuali alfa
ketoglutarat dan suksinat dehidrogenase juga ditemukan di luar mitokondria.
Meskipun dapat mengkatalisir reaksi serupa, sebagian enzim tersebut, misalnya
malat dehidrogenase pada kenyataannya mungkin bukan merupakan protein yang sama
seperti enzim mitokondria yang mempunyai
nama sama (dengan kata lain enzim tersebut merupakan isoenzim).
Energi yang dihasilkan dalam siklus asam sitrat
Pada
proses oksidasi yang dikatalisir enzim dehidrogenase, 3 molekul NADH dan 1 FADH2
akan dihasilkan untuk setiap molekul asetil-KoA yang dikatabolisir dalam siklus
asam sitrat. Dalam hal ini sejumlah ekuivalen pereduksi akan dipindahkan ke
rantai respirasi dalam membrane interna mitokondria (lihat kembali gambar
tentang siklus ini).
Selama
melintasi rantai respirasi tersebut, ekuivalen pereduksi NADH menghasilkan 3
ikatan fosfat berenergi tinggi melalui esterifikasi ADP menjadi ATP dalam
proses fosforilasi oksidatif. Namun demikian FADH2 hanya
menghasilkan 2 ikatan fosfat berenergi tinggi. Fosfat berenergi tinggi
selanjutnya akan dihasilkan pada tingkat siklus itu sendiri (pada tingkat
substrat) pada saat suksinil KoA diubah menjadi suksinat.
Dengan demikian
rincian energi yang dihasilkan dalam siklus asam sitrat adalah:
1. Tiga molekul NADH,
menghasilkan : 3 X 3P = 9P
2. Satu molekul FADH2,
menghasilkan : 1 x 2P = 2P
3. Pada tingkat
substrat = 1P
Jumlah =
12P
Satu siklus Kreb’s
akan menghasilkan energi 3P + 3P + 1P + 2P + 3P = 12P.
Kalau
kita hubungkan jalur glikolisis, oksidasi piruvat dan siklus Kreb’s, akan dapat
kita hitung bahwa 1 mol glukosa jika dibakar sempurna (aerob) akan menghasilkan
energi dengan rincian sebagai berikut:
1.
Glikolisis : 8P
2.
Oksidasi piruvat (2 x 3P) : 6P
3.
Siklus Kreb’s (2 x 12P) :
24P
Jumlah :
38P
Gambar : Lintasan detail Siklus Kreb’s (sumber: Murray dkk. Biokimia Harper)
Glikogenesis
Tahap
pertama metabolisme karbohidrat adalah pemecahan glukosa (glikolisis) menjadi
piruvat. Selanjutnya piruvat dioksidasi menjadi asetil KoA. Akhirnya asetil KoA
masuk ke dalam rangkaian siklus asam sitrat untuk dikatabolisir menjadi energi.
Proses
di atas terjadi jika kita membutuhkan energi untuk aktifitas, misalnya
berpikir, mencerna makanan, bekerja dan sebagainya. Jika kita memiliki glukosa
melampaui kebutuhan energi, maka kelebihan glukosa yang ada akan disimpan dalam
bentuk glikogen. Proses anabolisme ini dinamakan glikogenesis.
Glikogen
merupakan bentuk simpanan karbohidrat yang utama di dalam tubuh dan analog
dengan amilum pada tumbuhan. Unsur ini terutama terdapat didalam hati (sampai
6%), otot jarang melampaui jumlah 1%. Akan tetapi karena massa otot jauh lebih
besar daripada hati, maka besarnya simpanan glikogen di otot bisa mencapai tiga sampai empat kali lebih
banyak. Seperti amilum, glikogen merupakan polimer µ-D-Glukosa yang
bercabang.
Glikogen
otot berfungsi sebagai sumber heksosa yang tersedia dengan mudah untuk proses
glikolisis di dalam otot itu sendiri. Sedangkan glikogen hati sangat
berhubungan dengan simpanan dan pengiriman heksosa keluar untuk mempertahankan
kadar glukosa darah, khususnya pada saat di antara waktu makan. Setelah 12-18
jam puasa, hampir semua simpanan glikogen hati terkuras habis. Tetapi glikogen
otot hanya terkuras secara bermakna setelah seseorang melakukan olahraga yang
berat dan lama.
Rangkaian proses
terjadinya glikogenesis digambarkan sebagai berikut:
1.
Glukosa mengalami fosforilasi
menjadi glukosa 6-fosfat (reaksi
yang lazim terjadi juga pada lintasan glikolisis). Di otot reaksi ini
dikatalisir oleh heksokinase sedangkan
di hati oleh glukokinase.
2.
Glukosa 6-fosfat diubah
menjadi glukosa 1-fosfat dalam
reaksi dengan bantuan katalisator enzim
fosfoglukomutase. Enzim itu sendiri akan mengalami fosforilasi dan gugus
fosfo akan mengambil bagian di dalam reaksi reversible yang intermediatnya
adalah glukosa 1,6-bifosfat.
Enz-P + Glukosa 6-fosfat «Enz + Glukosa 1,6-bifosfat « Enz-P + Glukosa
1-fosfat
3.
Selanjutnya glukosa
1-fosfat bereaksi dengan uridin
trifosfat (UTP) untuk membentuk uridin
difosfat glukosa (UDPGlc). Reaksi ini dikatalisir oleh enzim UDPGlc pirofosforilase.
UTP + Glukosa 1-fosfat « UDPGlc + PPi
4.
Hidrolisis pirofosfat inorganic berikutnya oleh enzim
pirofosfatase inorganik akan menarik reaksi kea rah kanan persamaan reaksi
5.
Atom C1
pada glukosa yang diaktifkan oleh UDPGlc
membentuk ikatan glikosidik dengan
atom C4 pada residu glukosa terminal glikogen, sehingga membebaskan uridin difosfat. Reaksi ini
dikatalisir oleh enzim glikogen sintase.
Molekul glikogen yang sudah ada sebelumnya (disebut glikogen primer) harus ada untuk memulai reaksi ini. Glikogen
primer selanjutnya dapat terbentuk pada primer protein yang dikenal sebagai
glikogenin.
UDPGlc + (C6)n à UDP + (C6)n+1
Glikogen Glikogen
Residu glukosa yang lebih lanjut melekat pada posisi 1à4 untuk membentuk
rantai pendek yang diaktifkan oleh glikogen sintase. Pada otot rangka
glikogenin tetap melekat pada pusat molekul glikogen, sedangkan di hati
terdapat jumlah molekul glikogen yang melebihi jumlah molekul glikogenin.
6.
Setelah rantai dari glikogen primer diperpanjang dengan
penambahan glukosa tersebut hingga mencapai minimal 11 residu glukosa, maka enzim pembentuk cabang memindahkan
bagian dari rantai 1à4 (panjang minimal 6 residu glukosa)
pada rantai yang berdekatan untuk membentuk rangkaian 1à6 sehingga membuat titik
cabang pada molekul tersebut. Cabang-cabang ini akan tumbuh dengan
penambahan lebih lanjut 1àglukosil dan pembentukan cabang
selanjutnya. Setelah jumlah residu terminal yang non reduktif bertambah, jumlah
total tapak reaktif dalam molekul akan meningkat sehingga akan mempercepat
glikogenesis maupun glikogenolisis.
Glikogenolisis
Jika glukosa dari
diet tidak dapat mencukupi kebutuhan, maka glikogen harus dipecah untuk
mendapatkan glukosa sebagai sumber energi. Proses ini dinamakan glikogenolisis.
Glikogenolisis seakan-akan kebalikan dari glikogenesis, akan tetapi sebenarnya
tidak demikian. Untuk memutuskan ikatan
glukosa satu demi satu dari glikogen diperlukan enzim fosforilase. Enzim ini spesifik untuk proses fosforolisis rangkaian
1à4 glikogen untuk
menghasilkan glukosa 1-fosfat.
Residu glukosil terminal pada rantai paling luar molekul glikogen dibuang
secara berurutan sampai kurang lebih ada 4 buah residu glukosa yang tersisa
pada tiap sisi cabang 1à6.
(C6)n
+ Pi à (C6)n-1 +
Glukosa 1-fosfat
Glikogen Glikogen
Glukan transferase dibutuhkan sebagai katalisator pemindahan unit trisakarida dari satu
cabang ke cabang lainnya sehingga
membuat titik cabang 1à6 terpajan. Hidrolisis ikatan 1à6 memerlukan kerja enzim enzim pemutus cabang (debranching enzyme) yang spesifik. Dengan pemutusan
cabang tersebut, maka kerja enzim fosforilase selanjutnya dapat berlangsung.
Glukoneogenesis
Glukoneogenesis
terjadi jika sumber energi dari karbohidrat tidak tersedia lagi. Maka tubuh
adalah menggunakan lemak sebagai sumber energi. Jika lemak juga tak tersedia,
barulah memecah protein untuk energi yang sesungguhnya protein berperan pokok
sebagai pembangun tubuh.
Jadi bisa disimpulkan
bahwa glukoneogenesis adalah proses
pembentukan glukosa dari senyawa-senyawa non karbohidrat, bisa dari lipid
maupun protein.
Secara ringkas, jalur
glukoneogenesis dari bahan lipid maupun protein dijelaskan sebagai berikut:
1. Lipid terpecah
menjadi komponen penyusunnya yaitu asam lemak dan gliserol. Asam lemak dapat
dioksidasi menjadi asetil KoA. Selanjutnya asetil KoA masuk dalam siklus
Kreb’s. Sementara itu gliserol masuk dalam jalur glikolisis.
2.
Untuk protein, asam-asam amino penyusunnya akan masuk ke
dalam siklus Kreb’s.
Untuk dapat masuk ke
dalam proses glukoneogenesis asam amino perlu melakukan deaminasi (pelepasan
gugus amino). Masing-masing jenis asam amino memiliki jalur yang berbeda
tergantung dari sifatnya. Namun, pada umumnya asam amino tersebut bersiifat
glukogenik dan campuran, hanya leusin yang bersifat ketogenik murni.
Sisa dari metabolisme
asam amino dalam darah berupa amonia (NH3) yang kemudian akan
disintesis oleh hati menjadi urea (NH4OH). Selanjutnya akan
dikeluarkan melalui urin dan keringat.
Gambar : Jalur glukoneogenesis (sumber: Murray dkk. Biokimia
Harper)
Gambar : Glukoneogenesis dari bahan protein.
Dalam hal ini protein telah dipecah menjadi berbagai macam asam amino (sumber :
Murray dkk. Biokimia Harper)
0 komentar:
Post a Comment