Sistem peredaran darah kita dapat
mengalami gangguan oleh penyakit atau kelainan bawaan (faktor genetis), baik
pada darah maupun pada alat-alat
peredaran dara . Rusaknya alat peredaran darah akibat kecelakaan
atau akibat makanan yang dikosumsi banyak mengandung
lemak dan zat kapur. Zat makanan
tersebut dapat mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah atau berkurangnya elastisitas otot jantung dalam mekanisme
pompa dan isap. Kelainan atau penyakit pada sistem peredaran darah antara lain :
Ø Anemia
Ø
Thalasemia
Ø
leukimia
Ø
Hemofilia
Ø
Varises
Ø
Angina
pektoris
Ø
Jantung
koroner
ANEMIA
Anemia sering disebut sebagai
penyakit kurang darah. pengertian tersebut sebenarnya kurang tepat, sebab
anemia ditemui juga pada seseorang yang mempunyai jumlah sel darah merah
normal, namun ternyata jumlah hemoglobin dalam setiap sel darah merahnya
kurang. Jadi, anemia sebenarnya adalah penyakit akibat kekurangan hemoglobin di
dalam darah.
Penyebab anemia dapat dikarenakan
oleh beberapa faktor, seperti kurangnya kandungan hemoglobin dalam eritrosit,
kurangnya jumlah eritrosit dalam darah, dan atau kurangnya volume darah dari
volume normal. Kekurangan hemoglobin ini menyebabkan kemampuan darah mengikat
oksigen menjadi rendah. lihat gambar 10
Gb.10. perbedaan
jumlah eritrosit dalam darah antara orang sehat (kiri) dengan orang penderita anemia (kanan)
Anemia juga dapat terjadi jika tubuh
seseorang terluka dan mengeluarkan banyak darah, misalnya akibat kecelakaan.
Kekurangan darah ini dapat diatasi dengan transfusi darah. Anemia juga dapat
terjadi karena kekurangan ion besi, atau kekurangan vitamin B12 (yang membantu
pematangan sel darah merah), anemia ini disebut anemia pernisiosa.
Anemia jenis ini dapat diatasi dengan pemberian vitamin B12 atau mengkonsumsi
makanan sumber zat besi.
Ada
jenis anemia yang bersifat genetis dan mematikan, yaitu thalasemia dan sickle cell anemia
(anemia sel sabit). Apakah perbedaan antara keduanya? Thalasemia disebabkan
kegagalan pembentukan hemoglobin akibat kerusakan gen globin. Sedangkan anemia
sel sabit disebabkan adanya eritrisit yang berbentuk bulan sabit. Anemia
pada ibu hamil dan menyusui dapat diatasi atau dicegah dengan mengkonsumsi
makanan sumber zat besi dan vitamin B12, seperti susu, telur, hati ayam dan
hati sapi.
THALASEMIA
Thalasemia adalah penyakit anemia
hemolitik atau kondisi kelainan genetika dimana tubuh tidak mampu memproduksi
globin, suatu protein pembentuk hemoglobin. Kalaupun penderita thalasemia mampu
memproduksi eritrosit, biasanya usia sel darahnya lebih singkat dan lebih rapuh
atau lebih mudah rusak. Penyakit ini bersipat genetis, artinya diturunkan dari
kedua orang tua kepada anak-anaknya,secara resesif.
Gb.11. kondisi eritrosit pada orang sehat (kiri) dan
Pada penderita thalasemia (kanan).
Secara klinis thalasemia dibedakan menjadi 3 tingkatan sesuai beratnya
gejala klinis,yaitu :
v
Thalasemia mayor
v
Thalasemia
intermedia
v Thalasemia
minor atau troit (pembawa sifat).
Thalasemia mayor (Thalasemia homozigot)
Penderita thalasemia ini mengalami
anemia berat, mulai umur 3-6 bulan setelah lahir dan tidak dapat hidup tanpa di
tranfusi. Ini dapat berakibat fatal, karena efek samping dari tranfusi darah
yang terus menerus yaitu berupa kelebihan zat desi (Fe). Hati dan limpa
mengalami pembesaran akibat penangkapan dan penghancuran sel darah merah yang
rusak secara berlebihan. Bahkan limpa yang membesar tersebut dapat
menghancurkan sel darah merah yang belum rusak.
Salah satu ciri fisik dari penderita
thalasemia adalah kelainan tulang yang berupa tulang pipi masuk ke dalam dan
batang hidung menonjol (disebut gacies cooley), penonjolan dahi dan
jarak kedua mata menjadi lebih jauh, serta tulang menjadi lemah dan keropos.
Pertumbuhan gigi pun biasanya buruk. Gejala lain yang tampak ialah anak lemah,
pucat, perkembangan fisik tidak sesuai umur atau berat badan kurang, dan perut
membuncit. Jika penderita tidak sering mendapat tranfusi darah, kulit akan
menjadi kelabu serupa dengan besi akibat penimbunan besi dalam jarinagn kulit.
Gb.12. penderita thalasemia mayor.
Thalasemia intermedia
Penderita thalasemia tingkat ini
kedaan klinisnya lebih baik atau gejalanya lebih ringan dibandingkan dengan
penderita thalasemia mayor. Gejala anemia tergolong sedang. Gejala perubahan
bentuk wajah seperti pada thalesemia mayor dan gambaran kelebiahan beban besi,
baru nampak pada masa dewasa.
Thalasemia minor atau troit (pembawa sifat).
Penderita thalasemia ini umumnya tidak memiliki gejala
klinis yang khas, hanya ditandai oleh
anemia mikrositin atau anemia
ringan.
Dapatkah thalasemia dicegah atau diobati?
Untuk mencegah terjadinya thalasemia pada keturunan
atau anak, pasangan wanita dan pria yang akan menikah perlu menjalani tes
darah, baik untuk melihat nilai hemoglobinnya maupun melihat profil sel darah
merah dalam tubuhnya. Peluang untuk sembuh dari thalasemia memang masih
tergolong kecil karena dipengaruhi kondisi fisik, ketersediaan darah donor dan
biaya. Untuk bisa bertahan hidup, penderita thalasemia memerlukan perawatan
yang rutin, seperti melakukan tranfusi darah teratur untuk menjaga agar kadar
Hb di dalam tubuhnya normal yaitu 12gr/dL
(gram per desiliter), dan menjalani pemeriksaan ferritin serum untuk memantau
kadar zat besi di dalam tubuh.
Penderita thalasemia juga diharuskan menghindari
makanan yang diasinkan atau diasamkan dan produk fermentasi. Karena makanan
tersebut dapat meningkatkan penyerapan zat besi di dalam tubuh. Salah satu cara
untuk mengobati thalasemia adalah dengan transflantasisumsum tulang dan
teknologi sel punca (stem cell). Pada tahun 2009, seorang penderita
thalasemia dari india berhasil sembuh setelah memperoleh ekstrak sel punca dari
adiknya yang baru lahir.
LEUKIMIA (KANKER DARAH)
Leukimia (kanker darah) adalah gangguan pada sistem
peredaran darah dimana jumlah sel darah putih (leukosit) jauh diatas jumlah
normal, akibat pembelahan sel leukosit yang tak terkendali. Disamping itu, sel
darah putih akan menjadi ‘ganas’ karena memakan sel-sel darah merah (eritrosit),
sehingga orang tersebut menjadi anemia berat.
Gb.13. fotomikrograf sel kanker penyebab leukimia
Penderita leukimia menunjukan gejala seperti mudah
terkena penyakit infeksi, anemia dan pendarahan. Ada 2 tingkatan leukimia,
yaitu leukimia akut dan leukimia kronis. Perbedaan di antara
keduanya adalah; pada leukimia akut di tandai oleh suatu ‘perjalanan’
penyakit yang sangat cepat, memburuk, dan mematikan. Apabila penderita penyakit
ini tidak segera mendapat perawatan atau di obati, maka dapat menyebabkan
kematian dalam hitungan minggu atau hari.
Sedangkan pada leukimia kronis ditandai dengan
suatu ‘perjalanan’ penyakit yang tidak begitu cepat, sehingga memiliki harapan
hidup yang lebih lama, hingga lebih dari satu tahun. Leukimia dibedakan menjadi
2 jenis berdasarkan jenis selnya yaitu leukimia limfositik, dan
leukimia mielositik. Apabila pada saat pemeriksaan diketahui leukimia
mempengaruhi limfosit atau sel limfoid maka maka disebut leukimia limfositik.
Sedangkan apabila leukimia mempengaruhi sel mieloid seperti neutrofil, basofil,
dan eosinofil maka disebut leukimia mielositik.
Gb.14.sel kanker: (a)leukimia limfositik,(b) leukimia
mielositik.
HEMOFILIA
Hemofilia adalah penyakit pada darah dimana darah
sulit membeku. Luka yang sedikit saja dapat menyebabkan darah akan mengucur
terus sehingga penderita dapat mengalami kekurangan darah, bahkan dapat
menyebabkan kematian. Penyak ini bersifat menurun, diwariskan oleh orang tua
kepada keturunannya. Kaum pria lebih besar kemungkinan mendapat warisan
penyakit ini karena gen hemofilia menampakkan pengruhnya pada laki-laki.
Sebaliknya, hemofilia bersifat mematikan sehingga anak perempuan penderita akan
mati sebelum dewasa. Karena menurun penyakit ini tidak bisa disembuhkan. Untuk
mencegahnya, hindari perkawinan dengan orang yang memiliki hubungan kekerabatan
yang dekat dengan penderita hemofilia.
VARISES
Varises adalah pelebaran pembuluh darah balik (vena)
sehingga tampak membesar.
Penyebab varises:
1) Berkurangnya elastisitas dinding pembuluh vena yang menyebabkan pembuluh
vena melemah dan tak sanggup mengalirkan darah ke jantung sebagai mana
mestinya. Aliran darah dari kaki ke jantung sangat melawan gravitasi bumi,
karena itu pembuluh darah harus kuat, begitu juga dengan dinamisasi otot
disekitarnya.
2) Rusaknya katup pembuluh vena, kita ketahui bahwa katup atau klep ini
bertugas menahan darah yang mengalir ke jantung agar tidak keluar kembali.
Katup yang rusak membuat darah bekumpul di dalam dan menyebabkan gumpalan yang
mengganggu aliran darah.
Pemicu varises antara lain adalah faktor keturunan,
kehamilan, kurang gerak, merokok, terlalu banyak berdiri, menderita kolesrterol
tinggi dan kencin manis, juga karena sering memakai sepatu hak tinggi. Karenanya,
agar seseorang dapat terhindar dari varises atau meminimalkan resiko timbulnya
varises, maka tinggalkan kebiasaan hidup yang memicu timbulnya varises.
Misalnya dengan rutin berolahraga, mengkonsumsi makanan yang sehat, tidak
merokok, dan atau meliruskan posisi kaki saat duduk. Gejala terjadinya varises:
§
Mula-mula
kaki dan tungkai terasa berat, di ikuti otot yang mudah pegal, kaki panas, dan
sakit seputar kaki maupun tungkai. Biasanya rasa sakit dirasakan menjelang
malam, akibat tidak lancarnya aliran darah.
§
Mudah kram, meski kaki dalam kondisi santai.
§
Muncul
pelebaran pembuluh darah rambut yang mirip jaring laba-laba (spider navy).
§
Kaki bengkak
(oedema) karena adanya pembendungan darah.
§
Perubahan
pada pembuluh vena luar, misalnya di betis bagian belakang tampak urat
kebiru-biruan dan berbelok-belok. Keadaan ini merupakan gejala varises kronis.
Gambar 15.varises pada pembuluh balik (Vena) kaki
ANGINA PEKTORIS
Angina pektoris yang dikenal sebagai Angin Duduk merupakan suatu sindroma gangguan pada dada berupa
rasa nyeri atau tertekan yang bersifat sementara, saat sedang berjalan,
mendaki, sebelum atau sesudah makan. Gangguan yang menyerang jantung ini terjadi karena kurangnya pasokan oksigen akibat terganggunya aliran darah
ke arteri yang mengalirkan darah ke dalam miokardium (otot jantung).
Penyumbatan atau penyempitan arteri jantung yang mengakibatkan angina adalah
jika penyumbatan mencapai 70%. Namn beberapa orangyang mengalami nyeri dada,
terkadang memiliki arteri jantung normal. Hal ini dapat disebabkan oleh
kelainan komponen darah, kekurangan oksigen, adanya anemia parah, atau
kebiasaan merokok.
Penderita angina biasanya laki-laki berusia diatas 50
tahun atau wanita berusia diatas 60 tahun. Beberapa lokasi di tubuh yang bisa
merasakan nyeri antara lain bahu kiri atau di lengan kiri sebelah dalam,
punggung, tenggorokan, rahang atau gigi, lengan kanan (kadang-kadang). Angina
pektoris dapat berkembang menjadi infark miokard (serangan jantung).
Apabila serangan ini datang ketika kita sedang sendiri, yang perlu dilakukan
adalah jangan panik, ambil nafas dalam-dalam dan berusahalah batuk sekencang
mungkin, karena hal ini dapat memberikan asupan oksigen yang dibutuhkan
jantung.
Angina pektoris dibedakan menjadi 3 macam, yaitu Angian
klasik (stabil),Angina varian, dan Angina tidak stabil. Angina klasik biasanya terjadi saat seseorang melakukan aktifitas fisik.
Angina varian biasanya terjadi saat istirahat dan biasanya terjadi di pagi
hari. Sedangkan angina tidak stabil tidak dapat di prediksi waktu kejadiannya,
dapat terjadi saat istirahat dan bisa terjadi saat melakukan kegiatan fisik.
Gb.16. arterosklerosis jantung, penyebab angina.
JANTUNG KORONER
Penyakit jantung koroner pada mulanya disebabkan oleh
penumpukan lemak pada dinding bagian dalam dari pembuluh darah jantung
(pembuluh koroner). Hal inilama kelamaan diikuti oleh berbagai proses antara
lain seperti penimbunan jaringan ikat, perkapuran dan pembekuan darah pada
dinding pembuluh jantung tersebut, yang semua itu akan mempersempit atau
menyumbat pembuluh darah. menyenpitnya pembuluh darah jantung ini tentu dapat
mengakibatkan otot jantung di daerah tersebut mengalami kekurangan aliran darah
dan dapat menimbulkan angina pektoris (nyeri dada) atau bahkan hingga infark
jantung ( serangan jantung) yang dapat menyebabkan kematian mendadak.
Adapun beberapa faktor penyebab penyakit jantung
koroner adalah: tekanan darah tinggi (hipertensi), kadar kolesterol (LDL)
tinggi sedangkan kolesterol HDL rendah, merokok, diabetes melitus, kegemukan
(obesitas), faktor keturunan, kurang olah raga, dan stres.Apabila terdapat dua atau lebih
faktor penyebab tersebut pada diri seseorang, maka akan berlipat pula
resiko terkena penyakit jantung koroner.
0 komentar:
Post a Comment