Friday, February 14, 2014

A.   ULTRA STUKTUR NUKLEUS
Elemen struktural utama nukleus adalah membran inti, suatu membran ganda fosfolipid yang membungkus keseluruhan organel dan memisahkan bagian inti dengan sitoplasma sel, serta lamina inti, suatu struktur dalam nukleus yang memberi dukungan mekanis seperti sitoskeleton yang menyokong sel secara keseluruhan. Secara garis besar, membran inti terdiri atas tiga bagian, yaitu membran luar, ruang perinuklear, dan membran dalam. Membran luar dari nukleus berkesinambungan dengan retikulum endoplasma (RE) kasar yang bertaburan dengan ribosom. Sifat membran inti yang tak permeabel terhadap sebagian besar molekul membuat nukleus memerlukan pori inti agar molekul dapat bergerak melintasi membran.Pori nukleus bagaikan terowongan yang terletak pada membran nukleus yang berfungsi menghubungkan nukleoplasma dengan sitosol. Fungsi utama dari pori nukleus adalah untuk sarana pertukaran molekul antara nukleus dengan sitoplasma. Molekul yang keluar, kebanyakan mRNA, digunakan untuk sintesis protein.
Pori nukleus tersusun atas 4 subunit, yaitu subunit kolom, subunit anular, subunit lumenal, dan subunit ring. Subunit kolom berfungsi dalam pembentukan dinding pori nukleus, subunit anular berguna untuk membentuk spoke yang mengarah menuju tengah dari pori nukleus, subunit lumenal mengandung protein transmembran yang menempelkan kompleks pori nukleus pada membran nukleus, sedangkan subunit ring berfungsi untuk membentuk permukaan sitosolik (berhadapan dengan sitoplasma) dan nuklear (berhadapan dengan nukleoplasma) dari kompleks pori nukleus.Meskipun bagian dalam nukleus tidak mengandung badan yang dibatasi oleh membran, isi nukleus tidak seragam dan memiliki beberapa badan subnukleus yang terbentuk dari protein-protein unik, molekul RNA, serta gugus DNA. Contoh utama dari badan subnukleus adalah nukleolus, yang terutama terlibat dalam pembentukan ribosom. Setelah diproduksi oleh nukleolus, ribosom diekspor ke sitoplasma untuk menjalankan fungsi translasi mRNA.

Inti Sel (nukleus)
          Inti sel merupakan bagian sel yang paling mencolok diantara organel-organel di dalam sel. Pada sel eukariotik, inti sel dibatasi oleh membran inti memiliki pori berukuran 60 nm. Membran inti berguna untuk pertukaran materi antara nukleoplasma (plasma inti) dengan sitoplasma. Nukleoplasma mengandung nukleolus (anak inti) dan kromosom. Nukleoplasma merupakan tempat pembentukan dan pematangan RNA ribosomal (salah satu baban pembentuk ribosom). Struktur kromosom terlihat dengan jelas pada saat sel melakukan pembelahan (tahap metafase). Pada sel yang tidak membelah (tahap interfase) hanya benang-benang kromatin saja yang terlihat.
          Inti atau nukleus memiliki komponen-komponen sebagai berikut :
1) Selaput inti
2) Nukleoplasma
3)   Nukleolus
4)  Kromatin
Komponen inti yang utama ialah Kromatin. Kromatin ini mengandung ADN, yang jadi sumber segala kegiatan dan kehidupan sel. Jika sel tak berinti maka kegiatan sel umumnya terbatas sekali, seperti dijumpai pada eritrosit Mammalia.
Pada lazimnya sel berinti satu saja. Kekecualian ialah beberapa Protozoa (memiliki inti makro dan mikro), sel hati dan sel tulang osteoklast. Bentuk bundar atau lonjong, diameter 5-10 um. Ada juga yang polimorf, seperti pada lekosit dan sel sertoli dalam testis.

Selaput Inti
          Sebelum periode ME, disebut juga karyotheca, dari kata karyon = inti; dan theca = kulit. Di bawah MC memang jelas sekali tampak selaput inti itu, jauh lebih tebal dan gelap dibandingkan dengan membran sel sendiri. Di bawah ME dapat diketahui, selaput inti terdiri dari 2 lapis unit membrane. Antara membran luar dan membran dalam ada celah, disebut perinuclear cisternae, lebar 50 nm. Cisterna tepi inti ini berhubungan dengan cisterna RE pada beberapa tempat, yang berperan sebagai saluran transport zat. Karena plasmalema sendiri hanya dibina atas 1 unit membrane, jelaslah bagi kita kenapa selaput inti jauh lebih jelas dan tebal tampak di bawah MC dari pada membran sel sendiri.
          Dengan ME jenis transmisi (MET) dan dengan teknik freeze-fracture kita dapat melihat akan banyaknya terdapat lobang halus pada selaput inti itu, yang disebut pori inti. Pori itu relatif sama besar semua, diameter 80 nm. Bentuk setiap porus hampir poligonal atau secara kasar berbentuk lingkaran. Pori menempati sekitar 40% seluruh permukaan selaput inti. Pada porilah bersatunya membran luar dan membran dalam.
          Pori berperan sebagai diafragma, pintu keluar masuk zat yang bersifat statis. Namun kehadirannya dinamis, artinya adanya pori di suatu bagian selaput inti tidak tetap, bisa hilang, lalu muncul lagi suatu waktu, sesuai dengan kebutuhan dalam melakukan kegiatan. Makin banyak aktivitas inti makin banyak pori itu. Letaknya pun dapat berubah-ubah.
          ARN yang ditranskripsi (dihasilkan, dicetak) oleh ADN pada kromatin dikira ditransport melalui pori. Nukleosida, fosfat, dan histon yang perlu untuk memproduksi ARN atau ADN disalurkan kedalam inti lewat 2 jalan :
1.     Lewat pori inti
2.     Lewat cisterna RE terus masuk cisterna tepi inti, lalu berdifusi ke dalam nukleoplasma.
Ketika sel membelah, selaput inti hancur dan bersebar dalam sitoplasma berupa gelembung (vesikula) dan patahan-patahan membran. Selaput baru sel inti anak berasal dari RE atau bisa juga berasal dari berasosiasinya kembali vesikula bekas hancuran selaput inti induk.

Nukleoplasma
          Disebut juga Karioplasma. Cairan inti yang lebih kental daripada sitoplasma. Di dalam terenddam kromatin dan nukleolus. Mengandung protein, enzim, metabolit, dan ion.

Nukleolus
          Disebut juga butir inti atau anak inti. Dalam jamak nukleolus ialah nukleoli. Bentuknya bundar, gelap. Ada juga yang bervakuola di dalamnya. Berdiameter 0,3 um. Tidak bermembran. Besar pada sel yang aktif, kecil atau tak ada pada sel yang dormant (non aktif). Waktu sel aktif mensintesa zat nukleolus tampak tumbuh jadi kian besar. Begitu juga pada sel kanker. Lazimnya setiap sel hanya mengandung 1 nukleolus. Pada sel muda banyak nukleloli. Jika sel membelah organel ini akan hilang, dan muncul lagi pada sel anak.
          Nuklelous dibikin oleh “nucleolar organizing center” kromatin, dan melekat ke daerah kromatin tersebut. Nukleolus berisi ARN, karena itu bersifat basofil. Di bawah MC nukleolus dibedakan atas 2 bagian :
1.     Nukleolonema
2.     Pars amorpha
Nukleolonema berbentuk bunga karang atau trabeculae dan gelap, sedangkan pars amorpha berupa celah-celah yang terang. Sejak periode ME nukleolus disebut memiliki 4 bagian :
1.     Daerah butiran (granuler)
2.     Daerah serat (fibriler)
3.     Daerah kromatin
4.     Kandung (matriks)
Daerah butiran mengandung butiran-butiran yang bundar gelap, diameter 15 -20 nm, sedikit lebih kecil daripada ribosom. Daerah serat mengandung serat-serat berdiameter 5 – 10 nm. Ke dua daerah butiran dan daerah serat dihubungkan oleh semacam benang halus, dan sama terendam dalam kandung (matriks).
Daerah kromatin terdiri dari serat-serat yang lebih terang daripada daeah serat, berdiameter 10 nm, membentang dari satu sisi ke sisi lain nukleolus. Daerah inilah sesungguhnya “nucleolar organizing centre” kromatin. Pusat pengatur nukleolus ini terletak pada daerah gentingan setiap kromatin, dan selama interfase selalu terletak pada bagian dalam nukleolus.
Daerah butiran ada hubungan dengan pembentukan ribosom. Dikira butiran-butiran itu sendirilah yang bakal jadi subunit ribosom itu. Daerah serat mengandung ADN dan ARN-r. dengan perbesaran ME yang kuat, dapat tampak bahwa daeah butiran terdiri dari 2 bagian, melihat kepada gelap terangnya. Masing-masing dikira subunit 60S dan 40S. kedua subunit bakal ribosom ini kemudian akan bermigrasi ke sitplasma lewat pori. Lalu bergabung membentuk ribosom matang.
Terzakis (1965) memperlihatkan, bahwa nukleolus sel-sel endometrium uterus mengandung sederet saluran sejak awal sampai pertengahan masa menggetahkan dalam daur haid. Waktu ini tampak sitoplasma menjorok kedalam inti, dan berdekatan dengan kandung nukleolus. Dalam peristiwa ini mungkin ARN-r masuk kedalam sitoplasma.
Besar nukleolus sesuai dengan aktifitas sel. Jika nukleolus besar, berarti sel giat mensintesa. Dari pengamatan dengan ME diketahui, bahwa ribosom (dengan ARN-r) disintesa oleh ADN di dalam nukleolus, dan diangkut ke sitoplasma lewat pori inti.
Ada 3 jenis nukleoli :
1.     Berongga
2.     Padat
3.     Cincin
Pada jenis berongga ada lobang-lobang terang di dalam daerah yang gelap. Pada jenis padat tak ada lobang-lobang terang, semua bagian nukleolus homogen. Pada jenis cincin daerah gelap membentuk cincin di sebelah luar bagian terang yang berupa lobang besar di tengah.
Yang terbanyak dijumpai ialah jenis pertama, yakni yang berongga-rongga. Nukleolus jenis ini terdapat pada sel hati, lekosit, lomfoblast (sel induk limfosit), mieloblast, dan lain-lain. Jenis cincin terdapat pada sel otot polos, endotel, dan sel plasma.
Menarik sekali untuk diamati, bahwa pada sel-sel patologis banya terdapat nukleolus jenis ketiga (cincin), yang dalam keadaan normal (sehat) sesungguhnya sel-sel itu mengandung nukleolus jenis pertama (berongga) atau kedua (padat). Jadi oleh keadaan patologis nukleolus dapat berubah bentuk.
Bentuk dan ukuran nukleolus teratur dan tetap pada sel normal, dan menjadi tak karuan pada sel tumor. Pada penderita leukemia limfoblast yang parah jenis ketiga ditemukan bersama jenis pertama yang normal. Pada leukemia mieloblast yang parah ukuran nukleolus bertambah besar, tapi jumlahnya berkurang. Namun orang harus berhati-hati, karena variasi bentuk dan jumlah nukleoli juga dipengaruhi oleh umur dan pertumbuhan jaringan. Misalnya, jumlah nukleoli dalam sel hati orang dewasa muda ada 1 sampai 7 butir. Kadang-kadang  ada yang sampai 11 butir, sesuai dengan aktivitas sel bersangkutan. Pada sel hati orang jompo jumlahnya dapat meningkat menjadi 12 butir, dan pada tikus tua bisa antara 6 sampai 30 butir.
Biasanya nukleolus besar sekali pada sel neoplastik (membelah abnormal), dan tak sebanding dengan ukuran besarnya inti. Jika perbandingan besar antara nukleolus dan inti lebih dari 0,25 (> 0,25) dan diameter nukleolus lebih besar dari 1/3 (> 1/3) diameter inti, dapat membantu mengidentifikasi apakah sesuatu sel jadi menganker (ganas) atau tidak.
Pembesaran nukleoli tak selalu menunjukan sifat keganasan. Nukleolus yang membesar ditemukan juga pada sel yang sedang tumbuh, atau sel non-neoplastik yang menggetahkan protein. Demikian juga pada sel yang diinfeksi virus. Namun, perilaku nukleolus yang diamati dibawah ME dapat dipakai dalam diagnosa penyakit.
  
Kromatin
          Zat warna  mikroteknik tampak di bawah MC banyak diserap oleh struktur yang membuat gambaran seperti jala benang halus, sehingga disebut kromatin. (Dari kata chroma = berwarna; tin = benang halus). Di bawah ME ternyata susunan kromatin sering berciri khas bagi sesuatu jenis sel dan bervariasi antara satu jenis jaringan dengan jaringan lain. Pada beberapa sel kromatin nampak tersebar halus, ada yang bergumpal, ada pula berbentuk jala seperti tampak di bawah MC.
          Kromatin dibina atas :
1.     ADN, sebagai bahan genetis, melilit teras
2.     Protein, sebagai teras
ADN dibawah ME dan dengan teknik penguraian tertentu, tampak berupa sepasang untaian molekul yang berpilin-pilin sesama (double helix). Ini sesuai pula dengan penemuan J.D Watson dan F.H.C Crick (1953) dan disempurnakan oleh M.H.F.Wilkins (1961). (Gb. 2.70 dan 2.71).
Jika diuraikan 1 kromatin mengandung ADN sepanjang 5 cm. jadi dalam keadaan biasa, tanpa diberi bahan pelonggar atau pengurai untaian berpilin itu, ADN nampak dibawah mikroskop berupa benang halus yang melilit-lilit dalam nukleoplasma, setebal 25nm. Seutas benang itu kalau diuraikan sesungguhnya dibina atas 2 benang halus setebal 10 nm yang berpilin sesama dan sejajar.
Pada interfase kromatin terdiri dari 2 macam :
1.     Heterokromatin
2.     Eukromatin
Heterokromatin padat, gelap, karena menarik banyak zat warna teknik mokroskopis. Daerah heterokromatin banyak menumpuk di tepi inti, sebelah ke dalam membran dalam selaput inti itu. Heterokromatin inilah yang membuat selaput inti itu tampak amat jelas di bawah MC.
Heterokromatin terdiri dari ADN yang melilit rapat. Ini mengandung ADN yang sedang dalam non-aktif (dormant).
Eukromatin sedikit sekali menarik zat warna, karena itu tampak dibawah mikroskop berwarna pucat atau terang. Ini karena pilihan pasangan ADN-nya sedang dalam longgar, dan ADN itu sedang aktif.
Para ahli sitogenetika berpendapat, bahwa kromatin itu dapat saling berubah dari hetero ke eukromatin atau sebaliknya, sesuai dengan aktivitasnya.
Protein yang jadi teras kromatin terdiri dari histon. (Ada juga sedikit protein non-histon di sela-sela histon). Histon itu berupa butiran atau manik, dan ADN melilit tiap manik. Lilitan ADN ini tidak longgar lepas seperti kabel melilit kumparan listrik. Tapi membenam di lapisan histon, sehingga ADN dan histon membina ikatan erat. Jika ADN akan melakukan tugasnya untuk aktivitas sel (sintesa protein atau membelah), lilitan itu akan lepas dari benamannya pada histon, berkat kehadiran enzim polimerase. Serentak dengan itu pilinan sejajar (double helix) ADN lepas pula.
Aaron Klug dkk. (1984) memperlihatkan bahwa 1 manik histon dibina atas 4 pasang kepingan protein.Jika sel membelah pilinan “benang” ADN kromatin akan merapat dan memadat sekali, sehingga ia akan jadi pendek dan tebal. Kini ia disebut kromosom, dari kata chroma = berwarna; dan soma = badan.
Ketika dalam bentuk kromosom, akan jelas terlihat, bahwa bahan genetis itu terdiri dari 2 daerah :
1.     Kepala
2.     Lengan
Kepala (sentromer, kinetokor), lazimnya hanya 1 pada tiap kromosom; sedang lengan ada dua. Lengan ini ada yang sama panjang, ada yang satu lebih pendek, adapula yang satu pendek sekali.
Kromosom tampak bermacam-macam dalam setiap sel, baik bentuk maupun panjang. Tapi macamnya itu selalu tetap pada setiap species. Diantara yang bermacam-macam itu ada yang sama 2 buah (sepasang-sepasang). Kromosom yang sama itu disebut homolog. Pada Mammalia jumlah kromosomnya sekitar 60. Karena ada 2 -2 yang homolog, maka jumlah macam kromosom Mammalia ada sekitar 30. Orang memiliki 46 kromosom dalam tiap selnya. Berarti jumlah macam kromosom orang ada ½ x 46 = 23.
Setiap macam kromosom (kromatin ketika sel dalam interfase atau tak membelah) mengandung ADN yang susunan kimianya secara terinci adalah khas, tidak sama dengan susunan kimia AND macam kromosom lain. Kromosom homolog mengandung ADN yang sama susunan kimianya, demikian pula fiilnya.
Unit bahan genetis (hereditas, sifat keturunan) ialah gen. gen itu dibina atas ADN. Apakah 1 gen sama dengan 1 molekul ADN, belum jelas sampai kini. Namun pada satu kromosom jumlah gen itu ribuan samapi puluhan ribu.Setiap gen memiliki peranan atau fiil yang khas pula, demikian pula susunan molekul ADN-nya. Gen menumbuhkan karakter (sifat keturunan baik struktural maupun fungsional). Ada 1 gen menumbuhkan 1 karakter, ada banyak gen menumbuhkan 1 karakter, ada pula 1 gen menumbuhkan banyak karakter.
 Karena itu gen hanya nama fungsional, bukan struktural. Nama strukturalnya tentulah ADN itu. Beberapa sarjana berpendapat bahwa gen adalah nama unit fungsional, sedang nukleosom adalah nama unit struktural bahan genetis. 1 nukleoplasma mengandung beberapa lilitan ADN yang berpilin. Kromosom homolog mengandung gen yang sama, baik struktural, fungsional, maupun letaknya. Letak gen pada kromosom itu disebut lokus, yang secara teoritis (perhitungan di kertas), dapat dibuat petanya pada setiap kromosom. Lokus gen itu ditentukan berapa jaraknya menurut unit ukuran tertentu (disebut mM = mili Morgan) dari sentromer. Sentromer tidak mengandung gen, dan dalam peta kromosom  ditulis terletak pada titik 0. Mengetahui bentuk dan jumlah kromosom sesuatu individu makhluk penting, bukan hanya untuk mendeterminasi mengetahui normal-tidaknya susuna genetis individu atau populasi bersangkutan.
Karena itu dibuat orang kariotipe, artinya susunan kromosom sesuatu individu atau populasi suatu spesies. Kariotipe itu dibbuat pada saat sel sedang membelah. Karena pada tingkat metafase semua kromosom terletak di bidang ekuator, berarti dalam satu bidang, maka orang dapat “menjaring” semua kromosom suatu individu (sel yang sedang membelah) pada satu bidang sayatan pada tingkat metafase itu. Yakni jika sayatan mikroteknik persis kena pada bidang ekuator sel yang sedang membelah
Untuk memudahkan biasanya suatu jaringan yang giat membelah (pucuk akar, sumsum tulang, gonad, kulit) dibuat pertanamannya (di kultur), lalu diberi kolkhisin, yang peranannya menghentikan pembelahan pada metafase. Sehingga semua sel yang membelah pada jaringan bersangkutanberada pada tingkat itu. Lalu dibuat sayatan-sayatan berulang kali, dan pada suatu saat akan lewat bidang ekuator pembelahan. Kemudian di potret dengan kamera mikroskop, dicetak- besarkan beberapa ratus kali, lalu digunting-gunting setiap kromosomnya. Kemudian disusun berjeje, mulai dari yang terpanjang sampai yang terpendek. Di potret lagi, sehingga dapatlah kita gambaran susunan kromosom sesuatu individu dengan lengkap. Itulah yang disebut dengan kariotipe.
Waktu sel membelah kromosom akan mengganda jadi sepasang disebut kromatid (kromosom anak). Tapi hanya lengan yang dua,sedangkan sentromer tetap satu pada tingkat metafase. Karena itu gambaran kariotipe sesuatu individu selalu memperlihatkan kromosom sedang mengganda, dengan sebtromer satu. Dalam lapangan kesehatan atau kedokteran kariotipe itu penting sekali. Banyak kelainan atau penyakit keturunan yang dapat didiagnosa secara tepat lewat analisa kariotipe seseorang. Sebab jika ada susunan kromosom itu ada kelainan dari normal, berarti timbul pula kelainan dalam susunan gen-gen nya, yang akhirnya kelainan pula dalam krakternya.

B.   FUNGSI NUKLEUS
            Inti disebut pusat sel. Untuk itu ia memiliki 2 macam fungsi :
1.     Mengontrol dan menghasilkan zat yang perlu untuk metabolisme.
2.     Berisi bahan genetis atau hereditas yang akan diwariskan kepada keturuna atau sel anak. Dengan bahan genetis yang diwariskan itulah keturunan bisa “hidup”.
Kedua fungsi itu ditangani oleh ADN dalam kromatin. Untuk fungsi pertama ADN menempuh suatu proses yang disebut transkripsi, dan untuk fungsi yang kedua ia mengalami proses yang disebut replikasi.
Dalam proses transkripsi ADN mensintesa ARN, yang terdiri dari ARN-t (transfer). ARN-r (ribosom) dan ARN-m (mesenger). ARN-t dan ARN-m ditransfer ke dalam sitoplasma, sedang ARN-r dirakit dulu di dalam nukleolus, masuk ke bakal ribosom, baru kemudian merembes ke sitoplasma bersama ribosom-ribosom itu. Ketiga macam ARN bekerja sama untuk mensintesa protein dari asam amino yang ada dalam sitoplasma. ARN-m membuat ribosom dalam sitoplasma akan beruntai, membentuk suatu untaian yang terdiri dari 5 -7 ribosom disebut polisom. (istilah polisom ini biasanya teruntuk bagi ribosom bebas).
       Asam-asam amino diangkut ARN-t ke dalam ribosom, kemudian terjadi proses yang disebut translasi (menerjemahkan). Artinya, informasi genetis yang dicetak oleh ADN inti pada ARN-m, diterjemahkan oleh untaian ribosom jadi untaian asam amino (peptida), yang akhirnya jadi protein (polipeptida). Sebelum sel membelah, lebih dulu ADN dalam kromatin mengganda (replikasi). Terbentuk ADN-ADN anak yang merupakan cetakan juga dari ADN induk.
        Transkripsi dan replikasi memerlukan beberapa zat, yakni ATP, nukleosida, fosfat, ribosa, histon (protein yang jadi pelilitan ADN), protein non-histon, asam amino, dan yang sangat menentukan hadirnya enzim-enzim khusus. Jadi bukan hanya ARN dan ribosom yang hanya keluar inti lewat selaput inti dalam proses transkripsi, tapi juga terjadi transfort arah sebaliknya. Yakni dengan masuknya berbagai zat yang dibutuhkan untuk aktivitas ADN tadi dari sitoplasma ke dalam inti. Jika kromatin sedang melakukan transkripsi, oleh hadirnya enzim polimerase, pilinan untaian molekul ADNnya akan melonggar, dan ia dalam fase eukromatin. Kalau nanti ia tak aktif lagi melakukan transkripsi, akan kembali berada dalam fase heterokromatin.
       Suatu kromatin melakukan transkripsi bergantung kepada kebutuhan sel. Untuk ini ada proses umpan-balik (feedback). Jika zat yang di sintesa sudah cukup banyak, transkripsi akan berhenti, maka daerah kromatin yang bersangkutan akan berada dalam fase heterokromatin. Jika suatu ketika ada daerah kromatin lain yang perlu melakukan transkripsi, sesuai dengan kebutuhan, maka dari fase hetero- ia akan berubah jadi eu-kromatin, dan terjadilah pelonggaran pilinan ADN, dan dengan demikian terjadilah transkripsi.

C.   PERANAN NUKLEUS DALAM KEHIUPAN
    Nukleus adalah merupakan bagian terpenting yang mengatur seluruh bagian sel. Biasanya berbentuk inti sel bulat dan didalam terdapat kromosom yang merupakan benang – benang pembawa sifat keturunan.
Nukleus ini memiliki peranan yang sangat vitul dalam kehidupan sebuah sel. Peranan nukleus dalam hal ini adalah untuk mengatur dan mengontrol segala aktivitas kehidupan sel serta membawa informasi genetik yang diturunkan ke generasi berikutnya. Infomasi genetik ini disimpan dalam suatu molekul polinukleutida yaitu yang disebut DNA ( deoxyribonucleic acid ), DNA pada umumnya  tersebar didalam nukleus sebagai matriks seperti benang yang disebut kromosom. Kromosom tersusun atas molekul DNA dan protein histon. Stuktur di dalam nukleus yang merupakan tempat berkosentrasinya molekul DNA adalah nucleolus ( anak inti ). Nucleolus berperan sebagai tempat terjadinya sintesis molekul RNA ( Ribonucleic acid ) dan ribosom. RNA merupakan hasil salinan DNA yang akan ditransfer ke sitoplasma untuk diterjemahkan menjadi rantai asam amino yang disebut protein. Ketika sel akan memulai membelah, kromatin akan berkondensasi membentuk struktur yang lebih padat dan memendek yang selanjutnya.
Nukleus adalah organel yang ditemukan pada sel eukariotik. Didalam organel ini mengadung sebagian besar materi genetik sel dangan bentuk molekul DNA linear panjang yang membentuk kromosom bersama dangan beragam jenis protein seperti histon. Gen di dalam kromosom – kromosom inilah yang membentuk genom inti sel. Nukleus sering kita kenal dengan nama inti sel. Nukleus pertama kali dikenalkan oleh Brown pada tahun 1831 yang mengamati sel – sel tumbuhan. Stuktur nucleus sel tumbuhan (eukariot) mempunyai inti sel yang jelas ketika di amati, karena bahan – bahan inti yang ada di dalam nucleus dibatasi oleh membran inti (karyotheca), yaitu struktur membran phospolipid bilayer mirip dengan struktur membrane plasma.

Daftar Pustaka
Yatim, wildan.(1996).Biologi Modern. Bandung : Tarsito
 Saharjo, S.(1980).Biologi Umum 11. Jakarta : Gramedia

0 komentar:

Post a Comment

Aybsth. Powered by Blogger.